manusia muda dewasa yang telah kehilangan senyumnya
12:15 PM
Hari pertama bulan juli di tahun 2018 masehi.
saya tidak bisa tidur. insomnia arsitektur ini telah menjangkit selama satu tahun belakang ini. Sebab ini, saya memiliki kelebihan waktu hidup untuk berkontemplasi. Sayangnya ini telah menaikkan tingkat emosionalitas dan berujung pada depresi. yup, anda benar wahai pembaca yang dengan tulus mencoba memahami tulisan, kontemplasi merupakan sebuah cara agar manusia bisa memikirkan segala hal tak terlepas mengenai kehidupan pribadi agar lebih baik kedepannya. namun, berfikir yang berlebihan bukanlah hal yang baik. ini justru menjadi bumerang bagi emosional.
saya percaya tidak ada yang sempurna didunia ini, namun saya sedikit gelisah akan saya yang terus menerus menerima karma ketika kebaikan tak terhenti mengalir. tapi siapa sangka, ketika anda percaya bahwa BAIK dan BURUK merupakan sebuah generalisasi yang sangat relatif maka anda akan mulai lebih berfikir antara KEBAIKAN dan KEBURUKAN yang ada didepan mata. misalnya saja anda merasa orang tersebut baik, namun sekali lagi anda mulai berfikir "apa benar orang tersebut baik?" lalu "apa itu hanya sebagai penutup di wajahnya?". terus berputar hingga dalam tak berujung.
berlanjut kepada "siapa yang harus saya pecaya sekarang?" atau "kenapa saya harus percaya kepada anda?". selama ini yang kita lakukan adalah mencoba membangun kepercayaan. toleransi, keragaman, gotong royong, merupakan sebutan yang hendak dijadikan pondasi bagi kepercayaan itu. sebenarnya masih banyak lagi. namun terkadang kepercayaan itu seolah-olah hilang ketika salah satunya tidak bisa membangun pondasi kembali. tiang yang kokoh sekalipun dalam sekejap mampu roboh bak hantaman meteorit. tapi percayalah, manusia, mahkluk yang sangat berperasaan ini, mampu menahan kepercayaan itu sendiri agar tetap berdiri dan menunggu yang lain membantunya kembali.
sekarang saya bertanya kepada diri saya. Apakah saya telah dilahirkan bodoh? disertai dengan dosa yang terus saya produksi disamping kebaikan yang telah saya tanam. mungkin seorang psikolog sekalipun tidak akan tahu jawabannya. saya hanya merasa hilang diperantauan. ketika saya mencoba mencari tempat yang tepat, tempat tersebut selalu membuat saya yang menjadi tidak tepat. padahal saya selalu merubah diri dan lama-lama berputus asa dan mulai menjauh mencari tempat yang baru kembali. namun kali ini berbeda. tempat ini hanya ada dalam diri saya. tapi kembali tempat ini menjadikan saya yang tidak tepat. setelah ditelurusi ada bakat yang saya campakkan selama ini. lalu seketika saya melihat ke masa depan. "kemana akan saya gantung wahai jiwa muda yang hilang ? tempat yang baru ini atau kembali ke titik awal ?"
diakhir paragaraf, saya merasa tidak ada korelasi antara paragraf pertama, kedua, ketiga, dan keempat. percayalah, saya tidak jeli saja melihatnya. ketika saya berfikir yang BERLEBIHAN maka pertanyaan akan menjurus kepada KEBAIKAN atau KEBURUKAN. terlihat mudah dan ternyata salah. lalu ketika saya mencoba MENENTUKAN TEMPAT YANG TEPAT, peran sosiallah yang bekerja. saya selalu ragu menaruh KEPERCAYAAN karena saya kembali melihatnya sebagai sebuah pilihan antara baik atau buruk. kenapa? karena ambisi.
raga ini telah digerakan oleh ambisi. ambisi untuk menjadi HIDUP sehingga anda semua melihat bahwa saya adalah seorang IDEALIS. namun, setelah saya mendengar itu, raut wajah saya menjadi hilang. murung atau senang pun hilang. tidak tahu kembali raut wajah apa yang ada. jelas sekarang ini telah menjadi manusia muda dewasa yang telah kehilangan senyumnya.
"tidak ada yang bisa memutlakkan bersama-sama merupakan kebahagiaan seperti kesendirian yang merupakan keterpurukan. berasal dari pilihan hidup kita sebagai manusia"

0 comments